NEWS TEMPE – Sejak kecil, banyak anak yatim piatu mengalami kehilangan ganda: figur orang tua dan jalan hidup yang stabil. Tak jarang mereka hidup dalam keterbatasan finansial dan emosional. Namun, di tengah kesedihan itu tumbuh tekad kuat untuk belajar Al-Qur’an—untuk menjalin kedekatan spiritual dan harapan di masa depan.

Bahkan tanpa orang tua, banyak dari mereka belajar mandiri, menghafal ayat demi ayat, meski hanya dengan Al-Qur’an tua, di sudut rumah atau masjid setempat.
Baca Juga : 7 Penyakit yang Bisa Dicegah dengan Jalan Kaki
Sekolah Rakyat: Oase Pendidikan & Penghafalan
Sekolah Rakyat (nama generik untuk sekolah berbasis masyarakat/pesantren ringan yang lebih dekat dengan lingkungan warga) muncul sebagai ruang harapan. Di sekolah ini, guru dan komunitas turut mendukung penuh penghafalan Al-Qur’an sambil tetap menjaga keseharian anak-anak. Fasilitas sederhana bukanlah penghalang: ruang belajar sederhana, mushaf yang disumbangkan, waktu murojaah setelah sekolah formal, dan pembimbing lokal yang sabar.
Contohnya di Jawa Tengah, program Beasiswa Yatim Tahfidz IZI telah membantu 89 anak yatim penghafal Al-Qur’an untuk mendapatkan pendidikan dan dukungan moral. Dukungan seperti ini tak hanya soal finansial, tapi juga memberikan ruang bagi mereka agar bisa menetap di sekolah/pesantren dengan lingkungan yang memotivasi menghafal.
Kekuatan Harapan: Impian & Cita-cita yang Ditempa Melalui Hafalan
Walau kehilangan, sebenarnya ada kekuatan luar biasa: mimpi besar. Anak-anak yatim piatu penghafal Al-Qur’an tidak hanya berharap lulus sekolah, tetapi juga bermimpi menjadi orang yang bermanfaat: guru ngaji, ustadz/ustadzah, bahkan ingin berkontribusi di masyarakat setempat. Hafalan Al-Qur’an bukan hanya sebagai prestasi agama saja, tetapi juga modal karakter: disiplin, ketekunan, kejujuran, dan kepekaan sosial.
Sekolah Rakyat turut membangun karakter ini lewat kegiatan tambahan: tadarus bersama, kajian tafsir dasar, pengajaran akhlak, dan kegiatan sosial membantu anak yatim-piatu lainnya. Semua ini memperkuat hubungan mereka dengan komunitas dan mengobarkan semangat bahwa kehilangan bukanlah akhir.
Dukungan Komunitas & Stakeholder: Kunci Keberlanjutan
Dukungan dari masyarakat, donatur, dan organisasi zakat sangat penting. Donasi untuk beasiswa, penyediaan mushaf, asrama, dan keperluan sehari-hari membantu meringankan beban finansial. Misalnya, Beasiswa Yatim Tahfidz dari IZI di Jawa Tengah dengan penerima manfaat 89 anak yatim sejak Januari 2025. Serta Sekolah Tahfiz lokal yang dibina oleh komunitas di beberapa daerah.
Selain itu, peran pemerintah daerah atau lembaga wakaf lokal juga terlihat di beberapa tempat seperti di Palembang, dimana “Desa Quran” membina ratusan santri yatim piatu dan dhuafa penghafal Al-Qur’an, sekaligus menyediakan fasilitas wirausaha dan bercocok tanam agar mereka tidak hanya menghafal tapi juga bisa hidup berdaya di lingkungan mereka.
Tantangan & Jalan Menuju Kesuksesan
Tentu bukan tanpa tantangan. Beberapa di antaranya:
-
Keterbatasan fasilitas (asrama, mushaf, alat belajar)
-
Kondisi ekonomi keluarga yang sulit
-
Kurangnya guru tahfiz yang kompeten di daerah terpencil
-
Kebutuhan dana operasional sekolah dan dukungan berkelanjutan
Untuk sukses, Sekolah Rakyat dan stakeholder harus:
-
Meningkatkan akses beasiswa dan dukungan finansial jangka panjang
-
Menyediakan pelatihan untuk pembimbing tahfiz agar metode pengajaran lebih efektif
-
Memanfaatkan teknologi (misalnya aplikasi hafalan, rekaman suara, kelas online) agar anak-anak bisa murojaah meski jauh
-
Menggerakkan partisipasi masyarakat agar rasa memiliki terhadap sekolah tahfiz makin kuat
Kesimpulan
Kisah yatim piatu penghafal Al-Qur’an di tahun 2025 menunjukkan bahwa di balik kehilangan besar, ada harapan besar yang dibangun melalui Sekolah Rakyat. Dengan dukungan komunitas, fasilitas yang cukup, dan semangat bahwa hafalan bukan hanya ilmu tapi juga karakter, mereka bisa menggapai mimpi mereka. Sekolah Rakyat bukan sekadar tempat belajar Q-uran, tapi pijakan agar anak-anak ini menjadi pribadi kuat, berakhlak mulia, dan dapat memberi manfaat bagi masyarakat.