NEWS TEMPE – Kasus alergi makanan pada anak terus meningkat di Indonesia pada tahun 2025. Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sekitar 8–10% anak mengalami reaksi alergi terhadap makanan tertentu. Kondisi ini tidak boleh dianggap sepele karena dapat memengaruhi tumbuh kembang, bahkan berisiko mengancam nyawa jika terjadi reaksi berat seperti anafilaksis.

Alergi terjadi ketika sistem imun anak bereaksi berlebihan terhadap zat tertentu dalam makanan. Reaksi ini dapat muncul segera setelah mengonsumsi makanan penyebab alergi atau beberapa jam kemudian.
Baca Juga : Mata Sering Berkedip Tanda Cacingan, Mitos atau Fakta? Ini Kata Dokter
Makanan yang Sering Menyebabkan
Beberapa jenis makanan diketahui menjadi pemicu utama alergi pada anak, antara lain:
-
Susu sapi
-
Telur
-
Kacang tanah
-
Kedelai
-
Seafood (udang, ikan, kepiting)
-
Gandum
-
Cokelat
Dokter menyarankan agar orang tua lebih berhati-hati dalam memberikan makanan baru kepada anak, terutama yang memiliki riwayat alergi dalam keluarga.
Gejala Alergi Makanan pada Anak
Gejala alergi makanan bisa bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. Menurut dokter anak, beberapa tanda yang umum muncul antara lain:
-
Ruam kemerahan atau gatal pada kulit
-
Bibir, wajah, atau kelopak mata bengkak
-
Mual, muntah, atau diare
-
Batuk, pilek, dan sesak napas
-
Anak tampak rewel, lemas, atau sulit tidur
Jika muncul gejala parah seperti sesak napas berat, pusing, atau pingsan, kondisi ini bisa mengarah ke anafilaksis dan harus segera ditangani di rumah sakit.
Cara Menangani Alergi Makanan Menurut Dokter
Menghadapi alergi makanan pada anak memerlukan langkah tepat agar tidak berulang. Dokter merekomendasikan beberapa cara berikut:
-
Identifikasi dan hindari pemicu – Catat yang menimbulkan reaksi dan hindari konsumsi ulang.
-
Konsultasi rutin ke dokter anak – Pemeriksaan alergi (tes kulit atau tes darah) dapat membantu memastikan pemicu alergi.
-
Berikan obat sesuai resep dokter – Antihistamin biasanya diberikan untuk reaksi ringan, sedangkan epinefrin diperlukan pada kondisi darurat anafilaksis.
-
Edukasi keluarga dan sekolah – Pastikan guru dan pengasuh anak mengetahui kondisi alergi agar dapat memberikan pertolongan cepat jika terjadi reaksi.
-
Jaga pola makan sehat – Gantikan makanan pemicu dengan sumber nutrisi lain agar kebutuhan gizi anak tetap tercukupi.
Pencegahan Alergi Makanan pada Anak
Selain pengobatan, pencegahan juga penting. Beberapa dokter menyarankan memperkenalkan makanan baru pada anak secara bertahap dan memperhatikan reaksi tubuhnya. Selain itu, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama juga dipercaya dapat membantu menurunkan risiko alergi.
Kesimpulan
Alergi makanan pada anak bisa menimbulkan gejala ringan hingga berat yang berbahaya. Orang tua perlu peka terhadap tanda-tanda alergi dan segera mencari bantuan medis jika kondisi memburuk. Dengan penanganan yang tepat dan edukasi sejak dini, anak tetap dapat tumbuh sehat tanpa terhambat oleh alergi.